raja langit

raja langit

Senin, 23 November 2015

Tukang Kacang...




Usianya sudah terhitung sepuh, masuk usia 70-80 tahun, saat saya pertama kali bertemu beberapa waktu lalu dan membuka pembicaraan.
Wis tua kok masih dagang bae, dia menjawabnya dengan santai, ‘Baka beli dagang ya beli bisa mangan’
(sudah tua kok masih jualan, ya, kalau ga jualan nanti ga makan, begitu kurang lebih terjemahannya.)

Bapak ini berjualan di pagi hari dengan dongdangan dipikul dan biasa mangkal di seputaran jalan Kali Baru Bungur Senen Jakarta Pusat.
Jika tepat waktu sekitar antara jam 7 sampai 7.30, pasti saya ketemu, asal dia juga jualan.
Dagangannya khas, hanya kacang kering yang di sangrai, tanpa minyak. Biasa saya beli 2 bungkus, per bungkus dihargai 5 ribu rupiah.

Anaknya ada seorang perempuan, tapi sudah ikut suaminya, jadi di Jakarta dia hidup sendiri.
Istrinya tinggal terpisah di kampung halaman di Sindanglaut dekat Cerbon.
So kalau ketemu sekarang saya aja pakai bahasa Cerbonan saja ngobrolnya, hehehe.

Sosok ini saat pertama ketemu bahkan mengingatkan saya pada sosok bapak dan ibu saya, yang notabene juga sudah cukup sepuh.
Dan tinggal berdua di Cerbon sana, sedangkan anaknya semua di luar kota.
Kadang suka sedih, namun apa daya, hidup memang tak selamanya bisa saling berdekatan. Yang penting semua sehat.

Pagi ini pas ketemu dan saya sempatkan untuk mengambil gambarnya, karena sudah lama mau mengabadikannya.
Saya bertanya lagi, ‘Beli balik Sindang tah, dijawabnya, rong bengi maning balik’
Pembicaraan berlanjut, ‘Arep ngapai?, dijawab lagi, arep ngurus haji, wis 2-3 tahun, jare arep olih giliran’
(Ga pulang Sindang kah? 2 hari lagi mau balik. Mau ngapain? Mau ngurus haji, sudah daftar 2-3 tahun lalu)
Wow…amaze saya mendengarnya
Berangkat sendirian apa sama istri, istri ga ikut sepertinya jawab beliau, karena naik mobil saja mabokan

Ternyata di usia yang sudah sepuh seperti itu tak menutup semangatnya untuk Ibadah.
Luar biasa pa…menginspirasi saya pagi ini.


Biar senantiasa diberikan barokah dalam segala rencana hajinya.
Sehat dan dapat kembali jadi haji mabrur.

Rabu, 11 November 2015

Selamat jalan kawan



Kabar berpulangnya rekan kita Aryuni Dimitri jadi berita di LINE group dan BBM pagi ini.
Sebenarnya sendari dini hari jam 01.40an saya sudah dengar kabarnya dari suaminya pa Lodo.
Kami sempat kontak2 pas jam 3 dini hari tadi dan kondisinya memang menurun, tekanan darahnya drop.

Jam 07.10 pas saya di jalan menuju kantor saya dikabari lagi via telpon.
Ibunya sudah lemah sekali, saya minta diikhlaskan saja biar jalannya terbuka dan lancar.
Jam 08.15 akhirnya rekan kita menghembuskan nafas terakhir dan berpulang ke rumah Bapa.

Perjalanan panjangnya sudah selesai.
Semangat juangnya sudah memberikan kita sebuah contoh.
Berjuang sampai akhir hidup dan senantiasa tersenyum, walau napas memang sudah satu satu karena sesak.

Kondisi jenazahnya tadi masih di semayamkan di kamar jenazah Harapan Kita.
Dan karena kondisi rumah duka Talang penuh sampai dengan hari Rabu nanti.
Jenazah mau disemayamkan di rumah dulu.
Lokasinya di Jl Galunggung no 47 RT02/03
Kelurahan Kecapi, Kecamatan Harjamukti Cirebon

Biarlah pa Lodo dan keluarga besar yang ditinggalkan diberikan kekuatan dan penghiburan dalam menghadapi kondisi ini.
Selamat jalan kawan…
Bapa menyambutmu

Masikah ada rasa syukur itu...



Hari hari belakangan ini memang kondisi ekonomi negeri sedang tidak lah bagus.
Efek dari menguatnya US Dollar yang sempat menembus angka 13.947.
Perbaikan aturan aturan di lapangan yang membuat orang menjadi serba ragu untuk bertindak karena takut disalahkan.
Hal itu berdampak sangat berasa di lapisan bawah.

Kamis lalu selepas keluar malam, perut rasanya lapar.
Putuskan untuk mampir beli makan di tukang nasi goreng.
Kali ini saya tidak memilih nasi, tapi pilih bihun goreng saja, karena bihun goreng buatan pa Sam memang enak, nyemek nyemek.

Dalam kurun waktu yang singkat itu, selalu saya coba luangkan untuk ada interaksi ringan.
Pertanyaan nya sederhana saja.
Piye pa Sam dagang…
Langsung direspon sepi pisan…(hmm langsung tersentak)
Kabeh do larang regone…dengan bahasa Jawa nan kental.
Ayam dada separoh telung puluh ewu, sambil dia mengambil dada ayam yang siap ditambahkan di bihun goreng yang sedang dimasaknya.

Perbincangannya ternyata belum selesai.
Ya saya butuh ayam yang ada dagingnya, jadi harganya mahal ya dibeli.
Kalau ga dagang di rumah juga mau ngapain, di kampung istri jualan warung juga sepi
Hmmm…saya hanya bisa terdiam mendengar semua keluhanya.

Waktu terus berjalan, proses masakpun terus berlangsung.
Sampai pada suatu titik, boleh titip lamaran buat anak saya.
Perempuan, lulusan pembukuan dari SMK.
Saat ini sih sudah bekerja di Belinda Cake, tapi pengen kerja di tempat lebih baik.
Baik pa, bawa aja lamarannya, nanti dalam beberapa hari saya balik lagi untuk ambil, janji saya kepada beliaunya.

Dari sepenggalan cerita di atas, saya hanya mencoba mengajak kepada semua.
Masihkah ada rasa syukur itu dalam diri kita.
Ketika keadaan kita sebenarnya lebih beruntung dari pa Sam.

Sepersekian detik nan penuh arti



Mungkin masih ada yang ingat akan beberapa kutipan di bawah ini.
Apa arti setahun, cobalah tanyakan kepada murid yang tidak naik kelas
Apa arti sebulan, cobalah tanyakan kepada ibu yang melahirkan premature
Apa arti sepersekian detik, cobalah tanyakan kepada pelari sprint tingkat dunia

Sudah menjadi sebuah kebiasaan, tiap weekend kami sekeluarga luangkan waktu untuk makan bersama di luar.
Kali ini kami memilih untuk makan soto Betawi haji Yakub di seputaran Pasar Kebayoran Lama.
Kebetulan memang sudah lama tidak makan di sana.

Jalur jalan ke sana melalui jalan biasa, berputar di depan mal Gandaria City.
Ga jauh berbelok ke sisi kiri arah ke pasar.
Di situ biasa, kecepatan nya ga lebih dari 20-40 km per jam karena memang padat orang jualan di  sepanjang jalannya.
Dan pada saat kita memasuki titik yang dekat rel kereta api, jalan 2 arah berubah menjadi 1 arah.

Kali ini saya akui memang ceroboh, karena berasa di depan adalah jalan 1 arah, maka saya hanya memperhatikan kendaraan dari satu arah saja.
Tepatnya kendaraan dari sisi kiri karena saya akan memutar ke sisi kanan.
Tak dinyana tak diduga, ternyata dalam hitungan sepersekian detik ada motor dengan 2 anak melintas kencang di depan mobil saya.
Perasaan yang timbul langsung pengen muarah dan kesel.
Pas saya lihat ke kanan di sana masih ada 2 motor rekan tuh anak, langsung reflek dech saya buka kaca dan saya maki.
Guo***k sambil saya tatap keras tuh anak.

Tapi perlahan lalu berpikir dalam hati.
Thank God diberi waktu sepersekian detik untuk terhindar.
Kalau tidak…entahlah apa yang terjadi.

Apakah kita adalah orang yang dicari?



Kisah Daniel memang sangat menginspirasi.
Di tengah keberadaannya di pembuangan, dia jadi salah satu orang yang terpilih.
Kenapa dipilih, karena dia memiliki integritas, memiliki karakter, tak bercacat, tidak korup.

Dia terpilih sendari muda yaitu sejak umur 14 tahun saat raja pertama.
Di tengah kondisi Babel yang mengagungkan kehebatan kehebatan manusia, atau sifat kultus individu.
Di mana posisi raja bak dewa atau Tuhan.
Daniel tidak terkontaminasi dan fokus mengabdi pada Allah yang hidup.

Saat kisahnya sampai di Daniel 6, maka di sana usianya sudah tidak muda lagi.
Umurnya sudah 75 tahun, artinya dia bekerja di istana raja sepanjang 61 tahun, bukan waktu yang sebentar.
Dan sang raja pun sudah berganti pada raja yang kelima.

Peristiwa gua singa menjadi puncak kesaksian ini.
Saat raja berkata, “Allahmu yang kausembah dengan tekun, Dialah kiranya yang melepaskan engkau!”
Dan keesokan harinya pagi pagi benar saat fajar menyingsing raja pun kembali menemui Daniel.
Katanya, “Daniel, hamba Allah yang hidup, Allahmu yang kausembah dengan tekun, telah sanggupkah Ia melepaskan engkau dari singa singa itu?”
Dan ternyata Daniel didapati selamat.
Dari situ turunlah perintah ini, di seluruh kerajaan yang kukuasi orang harus takut dan gentar kepada Allahnya Daniel, sebab Dialah Allah yang hidup.

Dari satu orang, seluruh negeri dibawa untuk menyembah Allah yang hidup.
Di tengah pengaruh dunia luar, apakah kita yang jadi terpengaruh, atau kita yang justru berpengaruh
Dan jadi orang yang dicari, karena orang luar melihat karakter kita.