raja langit

raja langit

Minggu, 19 Februari 2012

Senja Bengawan


Jumat sore bagi para sebagian penggembira kota Jakarta alias wong-wong sing podo mengadu nasib nang Jakarta adalah hari yang sangat menyenangkan bagi kehidupan mereka. Saatnya pulang kampung untuk bertemu dengan sanak keluarga nun jauh di sana. Entah numpak bus atau berkereta yang penting bisa segera berkumpul di Sabtu pagi.
Saya pun kadang kala melakukan hal tersebut demi bisa melakukan aktivitas pagi hari di kota tercinta Cirebon. Pas kebetulan karena satu dan lain hal kemarin ada keperluan mendesak, akhirnya saya putuskan coba hubungi teman yang biasa melakukan ritual mudik mingguan alias jadi pejuang PJKA (pulang Jumat kembali Ahad).
'Siang pa YAR, mau coba ngikut nang Jowo Jumat', pa YAR diseberang sana menjawab, 'OK pa, coba saya carikan dulu ya, karena mesennya sudah hari Rabu'. Ga berapa lama sudah dikabari, 'Tiketnya sudah ada ya pa', saya menjawab 'SIAP'.
Akhirnya hari yang ditunggupun tiba, Jumat sore, pulang rumah dulu dan terus makan mandi, menjelang pukul 7 malam bergerak menuju stasiun Tanah Abang, hmm first experience, berasa aneh dan agak sedikit was-was karena Tanah Abang terkenal sebagai salah satu kawasan merah di Jakarta.
Coba hubungi pa YAR yang notabene sudah berada di lokasi, akhirnya tanya sana sini suruh turun ke peron jalur 3. Ketemu juga pa YAR yang malam itu sibuk mengatur barisannya. Jadi saya dititipke ke temannya. Duduk di sepur 2 no 18c. Setelah menunggu akhirnya kereta bergerak juga dari stasiun tepat pukul 7.45. Jes, jes, jes tuit, kereta ternyata melaju dengan kecepatan tinggi dan langsung, hanya sempat tertahan di stasiun Haurgeulis.
Ada banyak hal ketika saya berada di dalamnya, suasananya seperti suasana pasar, membumi sekali, dengan orang-orang sederhana yang bisa menerima apapun kondisinya. Pedagang asongan pun hilir mudik, mencoba merayu penumpang sambil menjajakan kopi, nasi rames dan goreng, kipas, koran, ramenya suasana malam itu.
Pelajaran berharga yang bisa saya dapatkan adalah kesederhanaan hidup orang-orang tersebut. Dengan semangat menggebu mereka berusaha untuk bisa barang sejenak meluangkan waktu bersama keluarga walau harus menghabiskan waktu minimal 12 jam untuk tiba di seputaran Oslo (baca Solo).
Salut buat para pejuang PJKA. Semangatmu membuat kita terperangah, bahwa di belahan bumi sana masih ada orang-orang yang ruar biasa di tanah Indonesia tercinta ini. Di atas langit masih ada langit, tetapi alangkah bijak jika kita sesekali melihat ke bumi. Ternyata bumi itu masih indah.