raja langit

raja langit

Selasa, 01 November 2011

Manusia Pinggiran

Sepulang kerja kemarin sore, di tengah hujan gerimis dan kemacetan Jakarta, paling enak adalah bersepeda motor melalui jalan tikus. Jalur ini dahulu sering dilalui ketika masih sering jalan ke Tanah Abang cari burung tinggian di akhir Minggu.
Seperti bernostalgia, akhirnya lewat jalur sini lagi. Pemandangan yang ada tak pernah berubah, banyak sekali orang duduk duduk di tanggul kali penghubung ke banjir kanal barat ini. Yang jualan pun tidak kalah meriah mulai dari serabi, pecel lele sampai warung-warung sederhana penjual mie instant ataupun kopi.
Yang tak kalah meriah adalah jejeran sepeda motor berbagai merk, lama dan baru tersebar di pinggiran jalan semakin mempersempit jalur itu. Dalam hati bergumam hmm inilah hasil penjualan pabrikan motor selama ini, dampaknya sampai ke sini.
Mereka adalah orang-orang pinggiran yang kerjanya mungkin hanya kerja kasar, mulai dari pemulung, montir, tukang sayur, sampai kuli bangunan berbaur menjadi satu. Kepadatan kawasan itu sepertinya makin hari makin meningkat seiring bertambahnya jumlah mereka, hal ini bisa dipastikan dari ramainya suara anak-anak yang sedang bermain sekadarnya di sepanjang jalan.
Di tengah kemegahan bangunan yang ada di Jakarta ini, ternyata kita lupa bahwa masih ada orang-orang terpinggirkan yang hidup ala kadarnya dan makan pun seketemunya. Kalau kondisi mereka memang sehat sih sepertinya tidaklah menjadi masalah serius, akan tetapi kalau mereka suatu saat jatuh sakit, sulit untuk membayangkannya. Betapa sengsaranya hidup bagi mereka ini.
Melihat kondisi mereka alangkah bersyukurnya kita jika yang diberi kepercayaan lebih menjalani kehidupan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar