Belum lama ramai seorang oknum anggota TNI yang mengeluarkan
senjata kepada penggendara motor di seputaran Palmerah yang diungah di Youtube.
Belum lama juga seorang ibu yang memarahi pengguna motor yang naik ke trotoar
di bawah kolong jembatan Semanggi juga diupload di internet. Maka cerita pilu
soal jalanan Jakarta ini datang dari keluarga saya sendiri.
Hery, sepupu lelaki saya kelahiran 1978, yang bekerja
sebagai sales di Jakarta, bapak 1 anak dan suami dari seorang guru adalah salah
satu juga pengguna motor, sebagai kendaraan yang mudah dan cepat untuk
mengatasi kemacetan jalanan Jakarta.
Kejadiannya sekitar 1-2 bulan lalu, dia juga melakukan
tindakan memakai trotoar sebagai jalur lewat motornya karena jalanan sudah
terlalu padat. Naas terjadi, saat naik ke trotoar ada warga yang kurang senang,
terjadi adu mulut dan pada akhirnya terjadilah pengeroyokan sehingga babak
belur serta luka di bagian wajah dan kepala.
Karena masalah biaya, luka itupun dianggap biasa dan
dianggap selesai setelah memar dan luka menghilang.
Apa yang terjadi, ternyata di bagian dalamnya ada hal lain.
Selepas sembuh, kepalanya sering pusing dan sakit, dan singkat cerita sekitaran
1 Minggu yang lalu dia harus masuk ICU di rumah sakit pelabuhan. Tidak ada
pengobatan apa-apa, akhirnya dia dibawa ke rumah sakit Mitra Plumbon.
Kondisinya tidaklah cukup baik. Tatapan matanya kosong, dan
pada akhirnya setelah lewat 1 Minggu, semalam nyawanya tak tertolong lagi.
Sudah sekejam itukah pengadilan jalanan Jakarta bagi
penggunanya???
Rest in peace Hery!