raja langit

raja langit

Selasa, 11 Januari 2011

Samudera Hindia


Kata orang tua, pengalaman adalah sesuatu hal yang paling berharga dalam hidup ini.
Hal itu ternyata benar dan baru saya alami waktu Sabtu Minggu yang lalu.
Trip mancing yang diadakan oleh komunitas yang saya ikuti selalu membuat jiwa ini terpanggil untuk bergabung di dalamnya.Tak terkecuali trip ke Samudera Hindia 8-9 Jan 2011.
Dengan bermodalkan peralatan yang ada serta terus melengkapi karena laut yang harus dilalui sangat berbeda karakterdengan laut Jawa akhirnya trip itu datang juga.
Jumat pagi setelah ijin untuk tidak masuk kantor akhirnya kami ber 3 berangkat menuju Serang untuk menjemput 2 rekan lainyang joint dalam trip kali ini. Setelah keluaran pintu tol Serang Timur, kita mampir dulu untuk nyobain duren di pondokDRHA (durian runtuhan haji arif), selepas itu tujuan kita adalah Malimping dan Muara Binuangeun.
Jalan yang dilalui selepas dari Serang memakan waktu sekitar 4 jam lebih, jadi start jam 3 sore dari Hero Tomang, sampai di villa Fatwa Binuangeun jam 10 malam.
Ngobrol sana sini akhirnya waktu terus beranjak sudah jam 1 dini hari, tidur bentar jam 4 pagi sudah terbangun kembali, karenatidur seperti pindang disusun dan ramai dengan suara dengkuran rekan-rekan yang total mencapai 70-80 orang.
Pagi itu tgl 8 Januari 2011 tepat 7.30, team kami berangkat menuju Samudera Hindia dengan kapal Robby.
Team yang berisikan 11 pemancing, 3 abk dan 1 kapten kapal segera meluncur menuju Pulau Tinjil. Di awal-awal cuacamasih bersahabat dengan mendung tipis dan angin serta arus yang belum terasa.
Sesampainya di Tinjil drama menegangkan pun dimulai. Hujan tiba-tiba membesar, ombak pun kurang bersahabat.
Akan tetapi ini baru babak awal dari trip 1 hari 1 malam yang menurut saya cukup mencekam.
Selanjutnya kapal diarahkan menuju Karang Deet untuk mencoba mancing dasaran. Di sini arus tidak bersahabat lagi.Timah pemberat ukuran J10 dan J12 saja dibenamkan ke laut, benang pancing kita masih bergerak di sudut 45 derajat.Beberapa kali coba turunkan umpan, hasilnya benar-benar tak ada sambutan. Di sini badan saya sudah mulai kacau.Perut mulai mual dan badan terasa lemas selepas makan siang.
Atas kompromi bersama dan putusan team leadeer kapal diarahkan menuju Karang Tengah yang secara kasat mata langit di mana kita akan menuju cuacanya lebih memungkinkan. Pada kenyataannya dalam perjalanan hujan deras menerpa,kapal sempat beberapa saat bertahan tidak bergerak sekitar waktu Maghrib.
Setelahnya baru kita bisa meneruskan perjalanan melawan ombak setinggi 2-3 m dan kapal yang terus mengalun.
Kondisi badan yang terus menurun walau sudah dibantu beberapa obat serta sudah tidak adanya lagi sinyal via hp yangbisa menghubungkan kita dengan orang-orang di luar sana, langit gelap sepi, hujan deras dan alun laut yang mengocokkapal, benar-benar membuat diri ini seperti sendirian di tengah lautan luas.
Dalam hati yang ada hanya keciutan diri sebagai umat manusia, dan hanya bisa memanggil namaNya, Tuhan, Tuhan, Tuhan.Tolong saya, ampuni saya kalau saya mencobaiMu (karena memang trip kali ini adalah trip colongan mencari cuaca yangmembaik hanya di 2 hari Sabtu Minggu, sisanya sebelum tgl 8 dan sesudah tanggal 9 Jan 2011, kondisi cuaca memang tidakmemungkinkan dan tidak disarankan melaut base on surfermag.com).
Di situ kita baru berasa bahwa sebagai manusia kita ini sangat lah kecil dan tak berdaya.
Kami akhirnya sampai juga di Karang Tengah. Di sana memang kondisi lebih baik dan ikan sangat makan di sekitaranjam 1 dan 2 dini hari. Beberapa ikan kuwe, wakung sawo, kerapu lodi sempat dinaikan oleh team.
Saya hanya bisa menyaksikan dari kabin, karena ketika badan ini terterpa angin malam, yang ada adalah rasa dingin dan mualyang menyembul sampai ke ujung leher.
Menjelang pagi sudah hampir semua pemancing tumbang karena cuaca yang tak bersahabat sepanjang perjalanan.
Akhirnya tanpa pikir panjang, team leader pun memutuskan untuk bergerak menuju dermaga ketika matahari terbit.
Kami semua selamat sampai kembali ke darat jam 9.30.
Setelah berkemas dan membersihkan diri, kami kembali ke rumah masing-masing jam 11 siang itu.
Puji syukur kepada Tuhan untuk perlindunganNya sepanjang malam yang menegangkan.
Sebagai anak manusia, betapa tidak berartinya kita tanpa kasih dan anugerahNya. Maha besar Tuhan.


Senin, 03 Januari 2011

Garuda di dadaku

Sepanjang Desember 2010, masyarakat dimabuk oleh gocekan anak-anak bola tanah air. Para pemain lokal macam Bustomi, Nashua, Arif Suyono, sampai bule Indo yang sudah mengalami naturalisasi yaitu El Loco dan Irfan Bachdim.
Kita memang menapak ke final AFF 2010, akan tetapi hasil juara yang diincar belum jadi kenyataan. Anak-anak asuhan Riedl yang hanya 1 kali kalah, gagal mengangkat piala karena kalah agregat goal melawan Harimau Malaya.
Salut buat anggota team saat itu, dipimpin pelatih bertangan dingin dan disiplin, maka team nas yang biasanya lembek disulap menjadi memiliki power dan karakter. Dalam posisi tertinggal pun para Garuda muda ini tidak pernah putus asa sepertinya.
Sayang di tengah suksesnya team nas, ada saja gangguan internal dari orang-orang yang lebih memetingkan kepentingan pribadinya. Hasilnya sudah jelas kita kalah telak di partai away di Bukit Jalil dan hanya menang tipis di Senayan tgl 29 Desember 2010 lalu.
Namun awal kebangkitan Garuda sepertinya harus dijadikan momentum awal yang senantiasa dipertahankan. 2011 ada Sea Games dan pra Olympic. Memang harus diisi oleh Garuda muda under 23 tetapi sentuhan Riedl yang sudah nyata hasilnya haruslah tetap dipertahankan.
Maju terus Garudaku.
"Garuda di dadaku, Garuda kebanggaanku, kuyakin hari ini pasti menang!"